BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan di Indonesia diarahkan pada pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sesuai yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Sebagai pelaku dari pada pelayanan pembangunan kesehatan adalah masyarakat
maupun pemerintah, konsep pembangunan tersebut terkait dengan pembangunan
kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. Kesehatan erat kaitannya dengan
kesehatan hidup manusia,oleh sebab itu manusia melakukan berbagai upaya dalam
mewujudkan kehidupanya menuju pencapaian derajat kesehatan optimal.
Strategi pembangunan kesehatan
nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, minat dan kemampuan dari
pendukungnya untuk hidup sehat,sehingga status derajat kesehatan masyarakat harus semakin ditingkatkan.
Sebagai sebuah negara yang besar dengan berbagai keaneka ragaman adat dan
budaya,sudah tentu karakter
dan kebiasaan akan pelayanan kesehatan yang dipilih ibu hamil sangatlah beraneka ragam terutama dalam
lingkup pedesaan.
Dengan demikian upaya penyediaan
pelayanan kesehatan yang dimiliki masyarakatpun sangat beragam, mulai dari pelayanan kesehatan medis
modern maupun pelayanan kesehatan medis tradisional. Pelayanan kesehatan medis modern yaitu pelayanan kesehatan
yang dilakukan berdasarkan pengetahuan ilmiah yang dilakukan oleh dokter atau
bidan,sedangkan pelayanan kesehatan medis tradisional yaitu perwatan
berdasarkan produk kebudayaan atau sistem pengetahuan masyarakat yang biasanya
dilakukan oleh dukun. Sehingga dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan,
komunikasi antara bidan desa dan dukun bayi sudah sewajarnya berjalan sesuai
yang dengan diharapkan sebagai kader yang sama-sama berpotensi dalam melayani dan
menangani kesehatan ibu hamil. Karena pengetahuan dan kepercayaan masyarakat
tentang pelayanan kesehatan medis tradisional masih cukup kuat, pengetahuan tersebut merupakan kebiasaan yang menjadi
tradisi turun temurun dari generasi-kegenerasi, hingga sampai pada saat ini
pelayanan kesehatan medis tradisional dan medis modern masih terpelihara dalam lingkup pedesaan.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan
antara bidan desa dan dukun bayi dalam lingkup pedesaan merupakan fenomena yang
tidak bisa dihindari, sehingga bidan desa dan dukun bayi di pedesaan sudah di
anggap memiliki kedudukan yang setara oleh masyarakat, artinya tugas dan
kewenanangan akan pelayanan kesehatan yang diberikan kedua kader tersebut berjalan seimbang dengan saling menghargai,
memahami dan mengakui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sehingga dalam
penerapanya tidak menimbulkan kesan persaingan.
Komunikasi yang baik dan
berlangsung dengan kedudukan yang setara sangat diperlukan oleh kedua kader
tersebut, baik oleh bidan kepada dukun maupun oleh bidan dan dukun kepada
pasiennya, hubungan komunikasi yang baik sangatlah berpengaruh bagi kedua kader
tersebut, karena dengan hubungan komunikasi yang baik, seorang pelayan
kesehatan dapat membina hubungan yang
harmonis kepada pasiennya agar dapat mempengaruhi pasien dalam menceritakan
keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas serta dapat pula mempengaruhi
pasien untuk mengambil keputusan mengenai rencana dan tindakan selanjutnya.
Keharmonisan hubungan komunikasi
antara bidan desa dan dan dukun bayi sebagai kader pelayan kesehatan bagi ibu
hamil ini terjadi pula pada Desa Pudaria jaya. Yang dimana hubungan komunikasi
antara Bidan dan Dukun telah berjalan dengan efektip, sehingga dalam penerapan
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil pada Desa Pudaria Jaya selalu berjalan
seperti yang diharapkan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang dilakukan
kedua kader tersebut tidak pernah mengalami kendala dalam menangani pasiennya,
mereka selalu mendapatkan keterangan dan informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan,
hal ini dapat membantu bidan dan dukun dalam memberikan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan pasien untuk menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.
Perbedaan akan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki kedua kader tersebut bukanlah suatu masalah bagi
mereka. Karena pada prinsipnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan
tugas mulia yang sangat dijunjung tinggi. Pada dasarnya bidan desa dan dukun
bayi memberikan keleluasaan kepada setiap pasiennya untuk memilih jalan
pelayanan kesehatan yang di inginkan hal tersebut dilakukan untuk memberikan
kebebasan dan kenyamanan demi keselamatan ibu hamil dan bayinya. Meski pada
dasarnya bidan desa merupakan tenaga medis yang memiliki pengetahuan yang di
dasari oleh teori dan merupakan suatu produk yang didukung oleh pemerintah
namun pada kenyataanya bidan pada desa pudaria jaya sangatlah menghargai
kebudayaan serta adat kebiasaan yang diyakini masyarakat setempat dalam hal
pelayanan kesehatan. Sehingga sampai pada saat ini pelayanan kesehatan yang
dilakukan dukun bayi dan bidan pada desa pudaria jaya masih tetap berjalan di
tengah-tengah masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan akan kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki setiap individu bukanlah menjadi suatu kendala yang
berarti. Karena dengan komunikasi yang baik hubungan antara individu yang satu
dengan yang lainnya dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan
bidan desa dan dukun bayi merupakan suatu kegiatan sosial yang sangat manusiawi,
yang didasari atas pengabdian dan tanggung jawab tinggi demi kesehatan dan
kelangsungan hidup orang banyak. Oleh karenanya bidan dan dukun dalam
pelayananya memberikan keleluasaan bagi ibu hamil untuk memilih pelayanan
kesehatan yang dianggap memberikan kenyamanan, demi meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Sehubungan dengan urain tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Komunikasi Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam
Pelayanan Kesehatan Bagi Ibu Hamil di Desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo”.
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengangkat
permasalahan mengenai:
1. Bagaimana komunikasi
bidan desa dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.
2. Bagaimana
bentuk komunikasi pelayanan kesehatan bidan desa bagi ibu hamil pada Desa Pudaria
Jaya
3. Bagaimana
bentukq komunikasi pelayanan kesehatan dukun bayi bagi ibu hamil pada Desa
Pudaria Jaya
1.3 Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang dilakukan bidan desa dan dukun
bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil pada desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana bentuk komunikasi pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan desa bagi
ibu hamil pada
Desa Pudaria Jaya Kecamatan MoramoKabupaten Konawe Selatan.
3. Untuk mengetahuai bagaimanan bentuk komunikasi pelayanan kesehatan yang
digunakan Dukun Bayi bagi ibu hamil di Desa pudaria jaya,Kecamatan Moramo.
1.3.2 Mamfaat
Penelitian
a.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan Ilmu Komunikasi, khususnya Ilmu Komunikasi Antar pribadi.
b.
Secara metodologis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan
atau pembanding bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian
sejenis di masa yang akan datang.
c.
Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan referensi ataupun masukan bagi bidan desa,dukun
bayi serta ibu hamil dalam pelayanan kesehatan sebagai upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan.
1.4 Sistimatika Penulisan
Sistimatika
penulisan dalam laporan penelitian ini
dibagi dalam tiga (III) Bab, dan tiap-tiap Bab terdiri dari beberapa sub Bab yang
memiliki keterkaitan yang saling menjelaskan, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab. I
Pendahuluan, yang mencakup latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistimatika penulisan
laporan penelitian.
Bab.
II Tinjauan pustaka dan Kerangka pikir, yang memaparkan uraian tentang
konsep-konsep teoritis diantaranya, Konsep Komunikasi,Konsep bidan desa,Dukun bayi, Pelayanan Kesehatan,Ibu
hamil serta Kerangka Berfikir.
Bab.III Metode
Penelitian, Bab ini berisi pemaparan tentang lokasi penelitian,
subyek dan informan, sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, desain operasional variabel, serta konseptualisasi.
Bab.IV Hasil dan Pembahasan, Bab ini memuat tentang hasil
penelitian dan
pembahasan yang memuat gambaran umum lokasi penelitian, dan seterusnya.
Bab. V Bab
ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA & KERANGKA BERFIKIR
2.1 Tinjauan
Pustaka
2.1.1 Konsep Komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar
katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi. Dalam
literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat
sama" (to make common). Istilah
pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi ,yang merupakan
akar kata dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyatakan bahwa
suatu pikiran,suatu makna,atau suatu
pesan dianut secara sama. (Deddy Mulyana 2002:41).
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya
proses penyampaian suatu peryataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu
merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(2005:16) mengenai komunikasi manusia
yaitu komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam
suatu hubungan, kelompok,organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Menurut Effendy
(1998:34) bentuk komunikasi terbagi atas:
1. Komunikasi informatif adalah
penyampaian pesan oleh komunikator dalam bentuk informasi agar
komunikan/khalayak dapat mengetahuinya.
2. Komunikasi persuasif adalah
penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator dalam bentuk bujukan kepada
komunikan/Khalayak agar dapat dipahami oleh komunikan/khalayak yang dituju.
3. Komunikasi koersif adalah
penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator dalam bentuk paksaan/tekanan
kepada komunikan/khalayak.
Memahami pengertian komunikasi
tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10)
bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan
oleh Harold Laswel dalam karyanya, The
Structue and Fuction of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwan
cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan
sebagi berikut: Who Says What In Which
Chanel To Whom Whith What Effect?
Pakar komunikasi lain, Joseph A. Devito mengemukakan
komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi
merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa
para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan
keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara
integral dengan elemen lain. (Suprapto, 2006 : 5).
Sementara Riswandi (2006) menyimpulkan
beberapa karakteristik komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara
lain :
1.
Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi
merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan
(ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu
tertentu.
2.
Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta
mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya.
3.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja
sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung
baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih)
sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap
topik pesan yang disampaikan.
4.
Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan
dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat,
angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
5.
Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi
pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan
tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
6.
Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya
bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu
serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi
seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu
tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi,(Riswandi, 2006 WordPress.com).
Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
bersifat multidisipliner sehingga definisi komunikasipun menjadi banyak dan
beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti,cakupan,konteks yang berbeda
satu sama lain,tetapi pada dasarnya berbagai definisi komunikasi yang ada
sesunguhnya saling melengkapi dan menyempurnakan dan sejalan dengan
perkembangan komunikasi itu sendiri.
Dari beberapa pengertian
komunikasi di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur-unsur yang
merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Unsur-unsur tersebut (Effendy,
1990:11) adalah sebagai berikut :
a.
Komunikator, adalah orang yang menyampaikan
pesan
b.
Pesan, adalah pernyataan yang didukung oleh
lambang.
c.
Media, adalah sarana atau saluran yang mendukung
pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlah.
d.
Komunikan, adalah orang yang menerima pesan.
e.
Efek, adalah dampak sebagai pengaruh
dari pesan
Kedudukan komunikasi dalam
kehidupan manusia sangatlah penting, sehinga banyak pihak menganggap komunikasi
sebuah entitas penting yang memiliki fungsi utama dalam berinteraksi sehingga
dapat menuntun individu,keluarga dan masyarakat mengenal lebih dekat tentang
diri dan lingkungannya,baik itu fikiran ,ide dan gagasan
(kepentingan,keinginan,kehendak,atau cita-cita) cara pandang atau hal lain
diluar dirinya (lingkungan sosial). (Sumadi Dilla 2007 : 25).
Sementara Rudolf F.Verderber
(dalam dilla 2007:26) mengemukakan bahwa komunikasi memiliki dua fungsi. Pertama,fungsi sosial yakni untuk
kesenangan,menunjukan ikatan dengan orang lain,serta membangun dan memelihara
hubungan. Kedua,fungsi pengambilan
keputusan ,yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Selain itu pakar
komunikasi lain menyebutkan komunikasi mempunyai dua fungsi lain,untuk
kelangsungan hidup diri sendiri dan untuk kelangsungan hidup orang masyarakat. 2.1.2 Konsep Bidan Desa
Bidan adalah seseorang dengan persyaratan tertentu telah
mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Dalam zaman moden ini , Bidan merupakan satu
jawatan yang dilantik oleh Kementerian Kesehatan setelah mereka mendapat
latihan perbidanan di Sekolah Jururawat . Biasanya bidan desa adalah mereka yang
ditempatkan di kampung-kampung yang mempunyai klinik desa dan meronda dari
rumah ke rumah wanita yang mengandung , bakal melahirkan anak dan selepas
melahirkan anak. (http://www.scribd.com 2011/11)
Secara umum tujuan penempatan Bidan adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) sehingga angka
kematian ibu,angka kematian bayi dan angka kelahiran dapat menurun (Depkes, RI,
1994).
Adapun tujuan khusus bidan desa
berdasarkan buku pandua bidan yaitu:
a.
Meningkatkan cakupan
dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan,perawatan nifas,
kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan konseling pemakaian kontrasepsi,
serta keluarga berencana.
b.
Terjaringnya seluruh kasus resiko ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai
kasus dan rujukannya.
c.
Meningkatkan peran masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu
hamil dan anak diwilayah kerjanya.
d.
Meningkatkan prilaku hidup sehat pada ibu,keluarga dan
masyarakat.
2.1.2.1 Pelayanan Bidan Desa
Pelayanan adalah suatu aktivitas yang
bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, pendidikan, dan
perlindungan kepada individu,kelompok, atau masyarakat agar dapat melaksanakan
fungsi sosial dengan baik. Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan
yang menyangkut bidang pelayanan seperti kesehatan. Memasuki tahun 1989,
pemerintah melaksanakan program pengangkatan dan penempatan bidan desa di
seluruh tanah air.
Dasar penempatan bidan desa adalah Permenkes RI
Nomor 363/Menkes/Per/IX/1989tentang wewenang bidan serta surat edaran Dirjen
Binkesmas Nomor 429/Binkesmas/Per/IX/1989 tentang kebijaksanaan penempatan
bidan desa. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan,yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. http://www.scribd.com (2011:10)
Bidan desa melakukan pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan kesehatan tersebut
dapat meliputi ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir. Bidan desa
dalam melaksanakan tugasnya mengadakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang
memerlukannya. Wewenang yang dilakukan bidan desa secara garis besar
meliputi pelayanan kesehatan saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan desa berorientasi pada kesehatan
masyarakat.
2.1.3 Dukun Bayi
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang
peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya
dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi
merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi
wanita. Dalam beberapa budaya (kultur),dukun bayi diartikan sebagai seorang
wanita yang memiliki pengaruh besar dimasyarakat dan merupakan tokoh kunci yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan bayi. Rita Yulifah (2009 :132)
Dukun bayi selalu
membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai
persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau
dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan. Dukun bayi adalah seorang
anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang sudah berumur ± 40 tahun
ke atas, diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat serta memiliki
keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan
tersebut dengan cara turun-temurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga
dekat lainnya belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah
peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. (Prawirahardjo, Sarwono. 2001).
Dukun
bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam
hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti memandikan bayi,
upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak, dukun bayi yang
biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan
dan memimpin upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu
(Koentjaraningrat, 1992:205).
Sekitar
70% - 80% pertolongan persalinan di pedesaan ditangani oleh dukun bayi. Dukun
bayi mendapat kepercayaan penuh sebagai orang tua yang dapat melindungi klien
dan keluarga.
2.1.3.1 Cara Pertolongan persalinan Dukun
Bayi
Tak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan
pemeriksaan kehamilan melalui indri raba (palpasi). Biasanya perempuan yang
mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada dukun,
bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan
untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri yang berkeliling dari pintu ke
pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia kandungan 7 bulan control dilakukan
lebih sering.
Dukun
juga menjaga jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan
janinnya. Agar janin lahir normal, dukun
biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran
perut (diurut-urut)disertai doa.
Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin mulai memiliki roh,hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan di bedaki agar ibu hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar. http://darwismamin.wordpress. com.(2011:11)
Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin mulai memiliki roh,hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan di bedaki agar ibu hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar. http://darwismamin.wordpress. com.(2011:11)
2.1.3.2
Peran dukun Bayi
Peran
seorang dukun bersalin mempunyai rentang waktu yang panjang dalam menangani
pasienya,mulai dari memberi sugesti sampai menjelaskan apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilangar oleh ibu yang sedang hamil,termasuk makanan
yang dianjurkan dan yang dipantangkan karena berpengaruh terhadap janin yang
ada dalam kandungan. Umumnya dukun bayi dijadikan media konsultasi oleh ibu-ibu
yang sedang mengandung,sejak mengidam
sampai melahirkan.
Kesehatan dan keselamatan calon bayi dan ibu hamil juga
dipengaruhi oleh peran aktif dukun bersalin. Peran dan tindakan dukun bersalin
selalu memberi motivasi dan pelayanan pengobatan secara cepat dan tepat kepada
ibu hamil,sejak awal kehamilan,saat persalinan dan setelah persalinan. Seorang
dukun bersalin mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kondisi calon bayi dan
ibu hamil. Oleh karena itu ibu dituntut untuk selalu memperhatikan dan menjaga
kehamilan agar bayi yang dikandungnya berkembang dengan baik dan dipastikan
dalam kondisi sehat.
Disisi lain biaya pertolongan bayi oleh dukun di berikan
secara bertahap dan biasanya biaya yang ditawarkanpun relatif cukup murah
dibanding bidan, bahkan mereka tidak mau diukur dengan nilai uang setiap
melakukan persalinan, tidak pernah menetapkan standar harga sesuai keikhlasan
pasien. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan
desa. (Kartika, Sofia.2004).
Pembagian
Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Dukun
Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh
tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
2. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun
bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang
sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
2.1.4
Konsep Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
kesehatan di Indonesia bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. UU
No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut
Moenir (1997 : 56), istilah pelayanan mempunyai arti proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktifitas orang lain secara langsung. Jika orang lain yang dilayani itu
jumlahnya banyak, maka dapat disebut pelayanan umum. Istilah pelayanan umum ini
menurut moneir, berkaitan erat dengan istilah kepentingan yang menyangkut orang
banyak atau masyarakat tersebut. Ini
berbeda dengan kepentingan pribadi yang merupakan perwujudan dari keinginan
memenuhi hak pribadi seseorang.
Azrul Azwar (1988:40) mendefinisikan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
perseorangan, kelompok,dan ataupun masyarakat. Bentuk dan jenis pelayanan
kesehatan dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Pelayanan Kedokteran (medical services)
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran(medical
service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat berdiri sendiri (solo
practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution). Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakitdan memulihkan kesehatannya, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (public
healthy services)
Pelayanan
kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public
health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara
bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan sasaran utamanya adalah
untuk kelompok dan masyarakat. Dari
kedua bentuk dan jenis pelayanan kesehatan di atas dapat kitaketahui bahwa
antara pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Namun untuk
dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memenuhi beberapa
persyaratan pokok.
Azrul
Azwar (1988:43) menyebutkan beberapa persyaratan pokok yang harus dipenuhi dalam
pelayanan kesehatan yang baik diantaranya adalah :
1.
Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan.
Pelayanan yang baik adalah pelayanan
kesehatan yang tersedia di masyarakat (acceptable) serta
berkesinambungan (sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan masyarakat ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat
adalah ada pada tiap saat dibutuhkan.
2.
Kewajaran dan Penerimaan Masyarakat
Pelayanan kesehatan yang baik adalah
bersifat wajar (appropriate) dan dapat diterima (acceptable) oleh
masyarakat. Artinya pelayanan kesehatan tersebut dapat mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi, tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan,
keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah
suatu keadaan pelayanan kesehatan yang baik.
3.
Mudah Dicapai oleh Masyarakat
Pengertian
dicapai yang dimaksud disini terutama dari letak sudut lokasi mudah dijangkau
oleh masyarakat, sehingga distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
Jangkauan fasilitas pembantu untuk menentukan permintaan yang efektif. Bila
fasilitas mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia
maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan. Tingkat pengguna di masa lalu dan
kecenderungan merupakan indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan
pendek dari permintaan pada masa akan datang.
4.
Terjangkau
Pelayanan
kesehatan yang baik adalah pelayanan yang terjangkau (affordable)
oleh masyarakat, dimana diupayakan biaya pelayanan
tersebut sesuai dengan kemampuan.
Sebagai pelaku
dari pada penyelenggaraan pembangunan pelayanan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah ( pusat,
provinsi, kabupaten/kota ), badan legeslatif serta badan yudikatif. Dengan
demikian dalam lingkungan pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
harus saling bahu membahu secara sinergis melaksanakan pembangunan pelayanan
kesehatan yang terencana, terpadu
dan berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan pelayanan Kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber
daya manusia Indonesia. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan bidang
kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu.
2.1.5. Konsep ibu Hamil
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba, 1998 : 4). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester
yaitu trimester pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester
kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006: 89)
Kehamilan
mempengaruhi perubahan fisik dan mental emosi ibu. Pada masa kehamilan emosi
mudah turun dan naik. Muncul rasa cemas dan takut menghadapi persalinan dan
kondisi bayi dalam kandungan. Hal tersebut bisa diakibatkan perubahan hormon
dalam tubuh serta ada keinginan ibu mendapat perhatian suami dan lingkungannya,
karenanya ibu hamil perlu memantau perkembangan kesejahteraan janin dengan
bertanya kebidan atau dokter dan mengikuti kursus persalinan ”selama hamil
aktivitas fisik seperti olah raga harus tetap dilakukan
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida,
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Dalam masyarakat,
definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode trimester untuk memudahkan tahap dari
perkembangan janin. Trimester pertama (minggu pertama sampai minggu ke-13)
membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin),
sedangkan pada masa trimester kedua (minggu ke-14 sampai ke-26) perkembangan
janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Trimester ketiga (minggu ke-27 sampai
kehamilan cukup bulan 38-40 minggu) menandakan awal viabilitas, yang berarti janin dapat tetap hidup
bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
2.2 Kerangka Berpikir
Penelitian yang berjudul Komunikasi Antara Bidan Desa dan
Dukun Bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil mengunakan teori komunikasi Antara Pribadi, yang dimana komunikasi antar pribadi merupakan
teori yang tepat untuk membedah pokok permasalahan penelitian ini, yakni
bagaimana komunikasi yang digunakan bidan dan dukun bayi di Desa Pudaria Jaya
Kecamatan Moramo dalam pelayanan ibu hamil serta bagaimana bentuk komunikasi
pelayanannya. Teori komunikasi dapat berlangsung apabila adanya komunikator,
pesan, komunikan, teori ini berorientasi pada komunikator dalam mempengaruhi
komunikan.
Teori komunikasi antar pesona Devito merupakan pergeseran
dari upaya komunikator dalam memenuhi kepuasan komunikan, ini berarti bahwa
teori komunikasi antar pesona tidak
berusaha mengubah sikap dan pendapat komunikan, melainkan komunikasi ini
berupaya untuk melakukan penyesuaian pikiran tentang suatu pandangan tertentu, komunikasi
ini berlangsung secara tatap muka namun terletak pada upaya komunikator itu
sendiri untuk melayani komunikan. Komunikasi antar pesona adalah komunkasi
tanpa menggunakan media atau komunikasi langsung/tatap muka.
Merrill dan Lownstein, 1971 (dalam liliweri 2007 :11) yang
menyatakan bahwa,dalam pergaulan antar manusia selalu terjadi proses
penyesuaian pikiran,penciptaan simbol yang mengandung pengertian bersama. Dari
inti ungkapan itu, DeVito berpendapat bahwa "Komunikasi antar pribadi
sebenarnya merupakan suatu proses sosial" (Liliweri, 1997:11).
Lebih lanjut Devito memberikan 5 (lima)
ciri-ciri komunikasi antar pribadi, untuk memudahkan atau memperjelas
pengertiannya, seperti : 1. Openess (keterbukaan), 2. Emphaty (empati, 3.
Supportiveness (dukungan), 4. Positiveness (rasa positif), 5. Equality
(kesamaan).
1.
Openess
(keterbukaan).
Kedua belah pihak baik komunikator
maupun komunikan saling mengungkapkan ide, gagasan, secara terbuka tanpa rasa
takut atau malu. Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing,
artinya dalam komunikasi yang dilakukan bidan dan dukun sebagai komunikator
harus memberikan penjelasan tentang informasi pelayanan kesehatan yang
sejelas-jelasnya kepada komunikan (ibu hamil), begitu pula ibu hamil sebagai
komunikan harus menceritakan setiap keluhan yang dialaminya secara terus terang
tanpa ada yang ditutup-tutupi demi mendapatkan tindakan pelayanan kesehatan selanjutnya.
2. Emphaty (empati).
Komunikator dan komunikan merasakan
situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa berpura-pura. Dan keduanya
menanggapi apa-apa yang dikomunikasikan dengan penuh perhatian. Empati menurut Rogers dan Bhownik, adalah
kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain.
Apabila komunikator atau komunikan atau kedua-duanya (dalam situasi heteophily)
mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain. Kemungkinan besar
akan terdapat komunikasi yang efektif. Artinya dalam sebuah komunikasi yang
dilakukan bidan dan dukun sebagai komunikator dan pasien sebagai komunikan,
pada keduanya haruslah mempunyai kemampuan untuk merasakan kondisi antara satu
dengan yang lainnya tanpa kesan yang berpura-pura.
3.
Supportiveness (dukungan).
Baik komunikator maupun komunikan
saling memberikan dukungan terhadap setiap pendapat, ide, ataupun gagasan yang
disampaikan. Dengan begitu keinginan yang ada dimotivasi untuk mencapainya.
Dukungan menjadikan orang lebih semangat untuk melaksanakan aktivitas dan
meraih tujuan yang diharapkan. Jadi dapat diartikan bahwa dalam pelayanan
kesehatan yang dilakukan bidan desa dan dukun bayi bagi ibu hamil sebagai
komunikator maupun komunikan, sudah seharusnya saling memberikan dukungan pada
setiap kegiatan dan usaha yang dilakukannya, begitu pula dalam memilih
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, pasien (komunikan), bidan dan dukun
hendaknya menghargai dan mendukung keputusan yang diambil ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan sesuai dengan pilihannya.
4.
Positiveness (rasa positif).
Apabila pembicaraan antara komunikator
dan komunikan mendapat tanggapan positif dari keduanya, maka percakapan
selanjutnya akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang
yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat mengganggu
komunikasi. Artinya dalam sebuah pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan dan
dukun bagi ibu hamil, rasa saling percaya sangatlah dibutuhkan untuk saling
menghargai dan tidak saling mencurigai antara satu dengan yang lainnya tentang
setiap kegiatan yang dilakukan dan menerima dengan penuh rasa positif setiap
bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien.
5.
Equality (kesamaan).
Adanya kesamaan baik dalam hal
pandangan, sikap, usia, dan lain-lain mengakibatkan suatu komunikasi akan lebih
akrab dan jalinan antar pribadi pun akan
lebih kuat. Melalui komunikasi antarpesona kita
berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan
mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain melalui komunikasi antar personalah
kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak, hubungan pribadi kita dengan
kenalan baru, kawan lama, kakasih atau anggota keluarga. Artinya dalam sebuah
komunikasi bidan dan dukun sebagai kader kesehatan bagi ibu hamil, seharusnya
mereka memiliki kesamaan pandangan, pemahaman, maksud dan tujuan, dalam pelayanan
kesehatan yang dilakukan agar setiap upaya yang dilakukan dan yang diingginkan
dapat berjalan dengan mudah tanpa adanya kesalah pahaman.
Devito (Effendi, 1998:62) mengemukakan bahwa komunikasi
antar pesona merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima orang lain
dengan efek dan umpan balik langsung. Pada hakekatnya komunikasi antar pesona
adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan seorang komunikan, jenis
komuikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap atau pedapat,
prilaku manusia dan proses dialogisnya.
Menurut effendy (1998 : 8) tehnik komunikasi atau pola
komunikasi terbagi atas tiga yaitu :
a. Komunikasi Informatif
b. Komunikasi Persuasif
c. Komunikasi Intruktif/koersif
Miler dan Stainberg (dalam
liliweri 1997:27) mengatakan, kedudukan dan peran seorang komunikator dapat
berganti-ganti dengan komunikan dalam situasi yang selalu berubah-ubah. Pada
tahap tersebut komunikasi antarmanusia telah berubah menjadi hubungan yang
manusiawi.
Komunikasi antar pribadi yang manusiawi berarti komunikasi
yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikannya saling
memahami pikiran, perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti
bahwa apabila kita hendak menciptakan komunikasi antarpribadi yang bermutu maka
kita perlu menciptakan situasi komunikasi yang penuh dengan keakraban yang
didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang
bersifat sosial. (Liliweri 2007:28)
Dengan penjelasan
diatas,teori ini menurut saya bisa menjadi teori dasar untuk mengetahui
komunikasi yang dilakukan bidan desa dan dukun bayi dalam menangani persalinan
yang mengarah pada tindakan sosial dalam upaya peningkatan kesehatan
dimasyarakat karena dalam teori ini
mengarah pada pendekatan teoritis yang paling umum dalam komunikasi. Teori komunikasi
antar pribadi ini berurusan pada hubungan komunikasi yang saling
membina, memelihara, memahami pikiran, perasaan dan melakukan tindakan sosial
secara bersama dalam sebuah pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan dan dukun
bagi ibu hamil, dan tentunya ini merupakan tindakan komunikasi antar manusia
yang sangat manusiawi.
Proses komunikasi antar pribadi
dianggap beberapa pakar komunikasi sebagai bentuk komunikasi yang paling tua
dalam ranah teori komunikasi,dan cara efektif,dan paling ampuh dalam berbagai
bentuk kegiatan persuasi untuk mengubah sikap,kepercayaan,dan opini bagi sebuah
perubahan.(Sumadi,Dilla 2007 :44).
Menurut
Cassagrande (Liliweri, 1997 : 45) komunikasi antar pesona terjadi karena :
1.
Menentukan orang lain untuk saling mengisi
kekurangan dan membagi kelebihan.
2.
Dia ingin terlibat dalam proses perubahan yang
relatif tetap.
3.
Dia ingin berinteraksi hari ini dan memahmi
pengalaman masa lalu dan mengantisipasi masa depan.
4.
Dia ingin menciptakan hubungan baru.
Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pesona merupakan komunikasi secara
langsung (tatap muka) antara dua orang ataulebih dengan berbagai pola atau
tehnik dalam penyampaian pesan oleh komunikator yaitu bagaimana orang yang
berkomunikasi membuat prediksi tentang efek atau prilaku komunikasi dapat
menimbulkan reaksi bagi komunikan menyenangkan atau positif, maka merupakan
suatu tanda bahwa komunikator berhasil dalam proses komunikasi.
Berdasarkan
uraian diatas maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Komunikasi Bidan Desa
dan Dukun Bayi Dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
|
Teori Komunikasi
Antarpribadi, Devito (Liliweri, 1997)
|
Bentuk
Komunikasi Pelayanan Kesehatan Bidan Desa bagi Ibu Hamil
a.
Pemeriksaan rutin
b.
Pemberian vitamin
c.
Pemberian imunisasi
d.
Pemberian arahan/nasihat
|
Bentuk
Komunikasi Pelayanan Kesehatan Dukun Bayi bagi Ibu Hamil
a.Pemeriksaan
rutin
b.Pemberian sugesti/nasihat
c.Pelayanan
persalinan
|
Bentuk
komunikasi Bidan Desa dan Dukun Bayi bagi Ibu Hamil
·
Komunikasi Informatif
·
Komunikasi Persuasip
·
Komunikasi Intruktif
|
Gambar
1. Skema Kerangka Pikir
Sumber : Hasil modifikasi penulis (2012)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
Desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan
bahwa, di Desa Pudaria Kecamatan Moramo ini masih mengunakan jasa Dukun bayi
dan Bidan Desa dalam pelayanan kesehatan
bagi ibu hamil. Hal ini disebabkan karena pertolongan secara medis modern dan
medis tradisional masih dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
3.2
Subjek dan Informan Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah ibu hamil dan bersalin yang ada di Desa Pudaria
Jaya Kecamatan Moramo yang berjumlah + 10 orang.
Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari
bidan desa dan dukun bayi pada Desa Pudaria Jaya yang masing-masing berjumlah 1
Orang.
3.3 Teknik Penentuan
Informan
Teknik penentuan informan
dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu informan sampling dipilih atas dasar pertimbangan tertentu
yang dianggap representatif untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
komunikasi bidan desa dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan ibu hamil di
Desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Data
kualitatif adalah data yang berdasarkan atas segala informasi dan keterangan
yang diberikan oleh informan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3.4.2.Sumber Data
Penelitian ini terdiri atas data primer dan data skunder.
1.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari informan atau subjek
penelitian,melalui wawancara.
2.
Data skunder adalah data yang diperoleh dari
studi kepustakaan berupa buku-buku, atau literatur-literatur serta
laporan-laporan yang menyangkut dengan
obyek penelitian.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
merupakan cara kerja yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan dan dibuat
dalam rangka mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian.Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi,
yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan hasil pengamatan langsung penulis pada
lokasi penelitian yang berkaitan dengan komunikasi bidan desa dan dukun bayi.
2. Wawancara,
yakni bertanya secara langsung kepada informan mengenai fokus penelitian dengan
menggunakan pedoman wawancara.
3.6. Teknik
Analisis Data
Data yang diperoleh
dalam penelitian ini akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan penjelasan yang
sistematis,akurat dan faktual berdasarkan temuan dilapangan mengenai komunikasi
Bidan Desa dan Dukun Bayi dalam Pelayanan Kesehatan Bagi Ibu Hamil di Desa
Pudaria Jaya Kecamatan Moramo.
3.7. Desain Penelitian
No
|
Unit
Analisis
|
Struktur
Kerangka Analisis
|
Teknik
Pengumpulan Data
|
1.
|
Komunikasi
bidan desa dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil di Desa
Pudaria Jaya Kecamatan Moramo antara lain:
a. Komunikasi
Informatif
b. Komunikasi
persuasip
c. Komunikasi
Intruktif/koersip
|
a. Menganalisis
komunikasi bidan desa dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
melalui pola komunikasi informatif.
b. Menganalisis
komunikasi bidan desa dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
melalui pola komunikasi persuasip.
c. Menganalisis
komunikasi bidan desa dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
melalui pola komunikasi intruktip/koersip
|
a.
Observasi
b. Wawancara
|
2.
|
Bentuk komunikasi pelayanan kesehatan
yang digunakan bidan desa bagi ibu hamil.
a. Pemeriksaan
rutin
b. Pemberian
vitamin
c. Pemberian
imunisasi
d. Pemberian
arahan/nasihat
|
a. Menganalisis bentuk
komunikasi pelayanan kesehatan
yang digunakan bidan desa pada ibu hamil dengan pemeriksaan rutin
b. Menganalisis
bentuk
komunikasi pelayanan kesehatan yang digunakan bidan desa
pada ibu hamil dengan pemberian vitamin
c. Menganalisis bentuk
komunikasi pelayanan kesehatan yang digunakan bidan desa
pada ibu hamil dengan pemberian imunisasi
d. Menganalisis
bentuk
komunikasi pelayanan kesehatan yang digunakan bidan desa
pada ibu hamil dengan pemberian arahan/nasihat
|
a. Observasi
b. wawancara
|
3.
|
Bentuk
komunikasi pelayanan kesehatan yang digunakan
dukun bayi bagi ibu hamil.
a. Pemeriksaan
rutin
b. Memberikan
sugesti/arahan
c. Pelayanan
persalinan
|
a. Menganalisis
bentuk komunikasi pelayanan
kesehatan yang dilakukan dukun bayi bagi ibu hamil dengan melakukan
pemeriksaan rutin
b. Menganalisis
bentuk komunikasi pelayanan
kesehatan yang dilakukan dukun bayi bagi ibu hamil dengan memberikan sugesti/anjuran
c. Menganalisis
bentuk komunikasi pelayanan
kesehatan yang dilakukan dukun bayi bagi ibu hamil dengan memberikan
pelayanan persalinan
|
a. Observasi
b. Wawancara
|
3.8. Defenisi
Opersional
3.8.1. Komunikasi Bidan Desa dan Dukun Bayi
1.
Komunikasi informatip adalah penyampaian pesan
oleh komunikator dalam bentuk informasi agar komunikan atau khalayak dapat
mengetahuinya.
2.
Komunikasi persuasip adalah penyampaian pesan
yang dilakukan oleh komunikator dalam bentuk bujukan kepada komunikan atau
khalayak agar komunikan atau khalayak memahaminya.
3.
Komunikasi koersip adalah penyampaian pesan yang
dilakukan oleh komunikator dalam bentuk paksaan atau tekanan kepada komunikan
atau khalayak.
3.8.2. Bentuk Komunikasi Pelayanan Kesehatan
1.
Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang
dilakukan secara berturut-turut sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
2.
Pemberian vitamin adalah kegiatan yang dilakukan
dalam rangka peningkatan kesehatan dengan cara memberikan vitamin sesuai dengan
yang dibutuhkan.
3.
Pemberian imunisasi adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memberikan suntikan kepada ibu hamil dan bayi untuk mencegah penyakit.
4.
Pemberian susu formula adalah kegiatan yang
dilakukan oleh bidan desa dalam rangka memberian bantuan asupan berupa susu
formula kepada ibu hamil dan bayi.
5.
Pemberian sugesti adalah suatu upaya yang
dikemukakan dukun bayi berupa, anjuran, pendapat, doktrin (untuk
dipertimbangkan) yg dapat menggerakkan hati orang.
6.
Pelayanan persalinan adalah sebuah kegiatan
dalam melakukan pertolongan yang dilakukan dukun bayi kepada ibu hamil dalam
membantu proses kelahiran.
7.
Pemberian arahan/nasihat adalah kegiatan yang
dilakukan oleh bidan desa untuk memberikan nasihat dan arahan guna membantu
dalam mengubah sikap dan prilaku ibu hamil agar lebih baik dari sebelumnya.
3.9.
Konseptualisasi
1.
Komunikasi
adalah sebagai
suatu proses dimana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu
saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku,
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku.
2.
Bidan desa adalah seseorang dengan persyaratan tertentu telah mengikuti dan
menyelesaikan program pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dan
merupakan satu jawatan yang dilantik oleh Kementerian Kesehatan. Biasanya bidan
desa adalah mereka yang ditempatkan di kampung-kampung yang mempunyai klinik
desa dan meronda dari rumah ke rumah wanita yang mengandung , bakal melahirkan
anak dan selepas melahirkan anak.
3.
Dukun bayi adalah Dukun
bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang sudah
berumur ± 40 tahun ke atas, diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat
setempat serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan
memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun-temurun dari ibu kepada anak
atau dari keluarga dekat lainnya belajar secara praktis atau cara lain yang
menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut.
4.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, kelompok,dan ataupun masyarakat.
5.
Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel
sperma. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir
su·ges·ti
/sugésti/ 1 pendapat yg dikemukakan (untuk dipertimbangkan); anjuran; saran; 2
pengaruh dsb yg dapat menggerakkan hati orang dsb; dorongan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi
4.1.1.
Letak
Geografis
Desa Pudaria Jaya merupakan salah
satu desa Yang terletak di Kecamatan Moramo bagian Selatan Kabupaten Konawe
Selatan. Desa Pudaria Jaya merupakan lokasi lahan kering dengan kondisi yang
berbukit-bukit yang umumnya digunakan sebagai lahan perkebunan, Jarak antara Desa pudaria dengan Ibukota
Kecamatan Moramo adalah 7 km, sedangkan jarak Desa Pudaria Jaya dengan Ibukota
Kabupaten adalah 130 km.
Keadaan Desa Pudaria Jaya dilihat dari letak
geografisnya sangat baik karena dilihat dari akses jalan yang bagus dan
merupakan jalan Propinsi yang dilewati oleh kendaraan roda empat, roda dua dan
kendaraan lainya. Luas wilayah Desa pudaria Jaya 920 ha/m2 yang terdiri dari
lahan pertanian, permukiman, dan prasarana umum lainnya.
Adapun batas-batas wilayah Desa Pudaria Jaya adalah:
1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lamboo
2.
Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Sumber Sari
3.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baku Taru
4.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Watu
Porambaa
4.1.2.
Topografi
Secara
topografi Desa Pudaria Jaya memiliki bentangan wilayah yang berbukit-bukit
sehingga dengan kondisi tanah seperti ini cocok digunakan sebagai lahan
perkebunan seperti coklat, kopi lada dan lain sebagainya sebagai potensi utama
yang dimiliki.
4.1.3.
Keadaan
Alam dan Iklim
Keadaan
alam di Desa Pudaria Jaya sangat baik dengan hamparan lahan pertanian yang merupakan
mata pencaharian terbesar di Desa Pudaria Jaya yaitu sebagai petani kebun.
Besarnya lahan pertanian yang ada memberikan harapan dan kesempatan untuk
mengelola berbagai tanaman pertanian sehingga dapat bermamfaat bagi
kelangsungan hidup masyarakat.
Secara
geografis Desa Pudaria beriklim tropis. Desa pudaria berada diketinggian 110
dari permukaan laut dengan curah hujan di keseluruhan Desa merata 41,3 Mm.Musim
penghujan terjadi pada bulan Desember- juni sedangkan musim kemarau terjadi
pada bulan Juli-November. Adapun keadaan pergantian musim ini kadang- kadang
tidak menentu yaitu terjadi musim kemarau yang panjang dan sering terjadi musim
hujan yang panjang pula.
4.1.4.
Keadaan
Demografis
1.
Jumlah
Penduduk
Penduduk Desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo berdasarkan
data tahunan kepala Desa Pudaria jaya 2012, telah tercatat sebanyak 868 jiwa,
atau 214 KK. Dari 868 jiwa terdiri dari 448 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan
420 jiwa berjenis kelamin perempuan.
2.
Komposisi
Penduduk
a.
Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
Gambaran lokasi penelitian berikut adalah mata pencaharian penduduk desa
Pudaria Jaya. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian dibidang pertanian,
hal ini didukung pula oleh potensi sumber daya peranian yang ada. Penduduk Desa Pudaria Jaya yang bermata
pencaharian sebagai petani kebun sebanyak 387 jiwa, untuk yang bermata
pencaharian sebagai pedagang adalah sebanyak 27 jiwa. Penduduk yang bermata
pencaharian sebagai pegawai Negri Sipil
(PNS) dan guru adalah sebanyak 15 jiwa,
penduduk yang bermata pencaharian sebagai dukun sebanyak 2 jiwa, serta penduduk
yang bermata pencaharian sebagai peternak sebanyak 28 jiwa.
b.
Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan penunjang dalam
meningkatkan pengetahuan,kualitas sumber daya manusia yang profesional,
sehinggga mampu berperan dalam kegiatan pembangunan khususnya di pedesaan.
Petani yang berpendidikan memilki pengetahuan yang lebih banyak tentunya
dibidang pertanaian yang memungkinkan penerimaan informasi atau pesan baik
berupa ide, gagasan, cara atau teknik-teknik dalam bidang pertanian. Untuk Desa
Pudaria Jaya yang mempunyai tingkat pendidikan SD sebanyak 370 jiwa, tingkat
pendidikan SLTP sebanyak 137 jiwa, tingkat pendidikan SLTA sebanyak 123 jiwa,
tingkat pendidikan Diploma D2,D3, sebanyak 37
jiwa serta Perguruan Tinggi sebanyak 28 jiwa.
b.
Komposisi penduduk menurut Suku Bangsa
Suku Bangsa yang dimiliki bangsa ini sangatlah beragam yang tersebar dari
sabang sampai merauke dan merupakan
kekeyaan budaya yang tidak dimiliki bangsa lain, tidak tekecuali di Desa
Pudaria Jaya yang penduduknya terdiri dari suku Sunda sebanyak 525 jiwa, suku
Bali sebanyak 189 jiwa, suku Jawa sebanyak 111 jiwa, suku Bugis sebanyak 14
jiwa, suku Muna sebanyak 10 jiwa, suku Ambon sebanyak 2 jiwa dan suku Mekongga
2 jiwa.
c.
Komposisi Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan
Agama dan kepercayaan merupakan dua
hal yang sangat penting dan sakral dalam kehidupan manusia, kebebasan dalam
beragama, sikap saling toleransi antar umat beragama perlu dijaga agar kehiduan
aman, damai dan sejahtera. Agama dan kepercayaan merupakan suatu pegangan hidup
menuju Sang Pencipta dengan bersyukur atas segala limpahan karunianya yang
telah diberikan kepada kita semua. Penduduk Desa Pudaria Jaya memiliki keyakinan yang berbeda-beda oleh
karenanya di Desa ini setiap masing-masing agama terlihat memiliki Rumah Ibadah
sendiri, meskipun demikian rasa aman,damai dan tentram selalu menyertai setiap
peribadatan yang dilakukan oleh setiap umat beragama yang ada. Desa Pudari Jaya
memiliki penganut Agama Islam sebanyak 660 jiwa, penganut agama Hindu sebanyak
179 jiwa, penganut agama Kristen sebanyak 7 jiwa, penganut agama Katholik
sebanyak 6 jiwa, dan penganut agama Budha sebanyak 9 jiwa.
3. Keadaan Sosial Budaya
Keadaan sosial masyarakat Desa
Pudaria Jaya sampai sekarang masih terjalin harmonis, hal ini dapat dilihat
dari kerja sama yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan sosial baik kegiatan
penataan lingkungan, kegiatan pembersihan lingkungan maupun kegiatan sosial
lainya, sehingga kebersihan lingkungan dapat terus dijaga dan rasa kekeluargaan
dapat ditingkatkan. Homogenitas budaya masyarakat di desa ini masih berwujud
pada prilaku yang memberi kesan bahwa mereka yang memiliki sikap yang toleran
dengan pembawaan yang begitu teduh.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
di Desa Pudaria masih sangat nampak rasa solidaritas yang tinggi dan
kekeluargaan, hal ini dapat terlihat jika salah satu anggota masyarakat yang
hendak membangun rumah,acara perkawinan, maupun pada saat salah satu anggota
masyarakat yang meninggal dunia.
4.1.5. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Tujuan umum dari pembangunan kesehatan adalah untuk mengusahakan
kesempatan yang luas bagi anggota masyarakat (penduduk) untuk memperoleh
derajat kesehatan yang sebaik-baiknya dengan mengusahakan pelayanan kesehatan
yang lebih luas, lebih merata, yang terjangkau bagi masyarakat terutama yang
berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota.
Di desa Pudaria Jaya juga terdapat fasilitas kesehatan berupa Posyandu
sebanyak 1 (satu) buah, Polindes 1 buah,
yang dilengkapi dengan bidan desa dan Dukun Bayi yang memberi pelayanan kepada
masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan. Pelayanan tersebut terutama
kepada mereka yang sedang hamil serta ibu dan bayi untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan nilai asupan gizi sesuai dengan kebutuhan bayi.
4.2
Karakteristik Informan
Dalam
penyampaian pesan mengenai pentingnya kesehatan bidan desa dan Dukun
Bayi yang memberi pelayanan kepada masyarakat untuk mendapat pelayanan
kesehatan, adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari bidan desa dan
dukun bayi pada Desa Pudaria Jaya yang masing-masing berjumlah 1 Orang.
4.3 Komunikasi Bidan Desa
Dan Dukun Bayi Dalam Pelayanan Kesehatan Bagi Ibu Hamil
Upaya mewujudkan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, Bidan
Desa dan Dukun Bayi menerapkan beberapa bentuk komunikasi dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat Desa Pudaria Jaya, dalam hal menjaga
kesehatan ibu hamil. Bentuk komunikasi yang digunakan oleh Bidan Desa dan Dukun
Bayi dalam menyampaikan pelayanan kesehatan yang berupa komunikasi informatif,
komunikasi persuasip/bujukan,komunikasi koersif/paksaan.
4.2.1. Komunikasi Informatif
Komunikasi
Informatif adalah suatu bentuk komunikasi atau metode berupa arahan yang
digunakan oleh pihak komunikator dalam hal ini Bidan Desa dan Dukun Bayi di
Desa Pudaria Jaya yang mempunyai tujuan untuk menginformasikan tentang
kesehatan bagi ibu-ibu hamil yang ada di desa tersebut.
Seperti halnya yang
dijelaskan oleh Hadijah dalam wawancaranya:
“Di posyandu Desa Pudaria Jaya, ada poster yang dibuat
untuk menginformasikan tentang adanya pelayanan kesehatan berupa Imunisasi
polio dan campak bagi bayi baru lahir, ini dipajang biar orang-orang pada tau
kalu bayi baru lahir harus di suntik paksin untuk kekebalan penyakit (wawancara maret 2012).
Pelaksanaan komunikasi
informatif dalam hal ini dilakukan oleh aparat kesehatan yang membuat informasi
melalui media agar dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan adaya
pelayanan imunisasi bagi para bayi di desa tersebut.
Selain itu, hasil
wawancara yang dijelaskan oleh ibu Arini mengenai komunikasi informatif yang
dilakukan Dukun Bayi adalah:
“Dukun Bayi selalu menyampaikan bahwa dirinya siap
dipanggil kapan saja baik siang maupun tengah malam apabila tenaganya memang
sedang dibutuhkan untuk menangani
persalinan, ataupun menangani masalah-masalah seputar keluhan kehamilan, hal
ini biasa disampaikan dukun bayi pada saat melayani ibu hamil yang sedang
berkonsultasi kepadanya.(wawancara maret 2012).
Kehidupan di pedesaan
biasanya membuat seseorang tidak terlalu memperhatikan bagaimana menjaga
kesehatannya dengan semaksimal mungkin agar kesehatan ibu hamil tidak mudah
terganggu. Ketergantungan orang-orang pedesaan terhadap Dukun Bayi sudah
menjadi kebiasaan turun temurun yang memang tidak bisa diubah lagi.
Namun seiring dengan
perkembangan zaman sekarang ini, bidan dan
dukun dituntut untuk lebih aktif dalam memberikan informasi-informasi
mengenai pelayanan kesehatan dan cara terbaik untuk meningkatkan dan menjaga
ibu hamil dan calon bayinya. Komunikasi informatif dianggap paling efektif
dalam hal penyampaian informasi tentang pelayanan kesehatan, sebab melalui
informasi kita dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman secara cepat, kepada
mereka yang membutuhkan informasi tersebut.
4.2.2. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah adalah
suatu bentuk atau metode berupa bujukan, ajakan yang digunakan bidan dan dukun bayi untuk mempengaruhi pasiennya
(ibu hamil) dengan jalan membujuk, mengajak atau merayu dengan tujuan untuk
mengubah sikap, pendapat atau prilaku ibu hamil mengenai kebiasaan-kebiasaan
sehari-harinya. Penerapan bentuk kounikasi persuasif tersebut tidak terlalu
banyak berfikir kritis bagi pasiennya karena komunikasi persuasif ini ibu hamil
dibujuk untuk mengubah sikap, pendapat,atau prilaku mereka dan kebiasaan yang
sering dilakukan oleh ibu hamil yang dapat mengganggu kesehatannya dan calon
bayinya.
Bentuk komunikasi persuasif
terlebih dahulu harus menciptakan situasi komunikasi yang mudah terkena sugesti
agar tujuan komunikasi persuasif dapat tercapai maka perlu adanya perencanaan
yang matang berdasarkan komponen-komponen yaitu komunikator, pesan, komunikan
yang mengharapkan adanya perubahan sikap, pendapat ataupun prilaku. Seorang
bidan dan Dukun harus mempersiapkan sikap, maupun pendapat secara matang agar
pesan yang ingin disampaikan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang inggin
dicapai.
Seperti yang dijelaskan oleh Irmayanti
dalam wawancaranya:
“ada juga pasien yang kadang-kadang tidak mau untuk melakukan
pemeriksaan. Mereka biasanya takut dengan alat-alat yang kami gunakan. Tetapi
kami terus membujuknya untuk ikut diperiksa karena untuk kebaikannya juga. Kami
mengarahkan kepada ibu itu, dan terus membujuknya sampai ibu tersebut bersedia
karena kami juga terus menjelaskan apa saja mamfaat yang akan didapatnya dari
pemeriksaan ini. (wawancara maret 2012).
Bidan Desa terlebih dahulu
haruslah mengetahui bagaimana ataupun apa-apa saja kebiasaan yang sering
dilakukan oleh para ibu hamil yang seharusnya tidak dilakukannya. Oleh karena
itu, bidan desa tersebut akan melakukan interaksi dengan si ibu hamil agar
dapat memperoleh informasi akan segala sesuatu yang akan diketahuinya.
Berbeda halnya komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh Dukun Bayi kepada ibu hamil, seperti yang
dikatakan oleh Ruminah dalam wawancaranya:
“ Jika ada pasien yang mengalami masa kehamilan perdana, biasanya
masih sangat malu-malu mereka enggan berkonsultasi dalam pemeriksaan posisi
janin, karena pada dasarnya mereka tidak pernah diurut-urut dibagian perut yang
bisa menimbulkan rasa geli, kemudian saya
berusaha membujuk pasien itu dan menjelaskan metode yang akan saya lakukan
dalam pemeriksaan atau perbaikan posisi janin, agar pada saat kelahiran, ibu
hamil tidak mengalami kesulitan yang berarti yang bisa membahayakan nyawa
keduanya. (wawancara maret 2012).
Komunikasi melalui interaksi
secara langsung yang dilakukan bidan desa dan dukun bayi kepada ibu hamil tentunya
dapat memberikan informasi yang mendalam akan apa-apa saja yang ingin
diketahuinya. Prilaku Bidan Desa dan Dukun Bayi dalam hal pengambilan informasi
ini, juga menggunakan bentuk komunikasi persuasif karena bidan dan dukun bayi
melakukan ajakan ataupun bujukan kepada
ibu hamil untuk mau menceritakan segala keluhannya agar tidak ada yang
ditutup-tutupi karena tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Irmayanti menjelaskan kembali:
“Setelah ibu-ibu dapat kami bujuk untuk melakukn pemeriksaan,mereka
mengatakan mendapatkan mamfaat yang baik akan pelayanan kesehatan kami,
sehingga mereka menjadi rutin untuk memeriksakan kesehatannya. Hal ini sangat
membantu kami karena kami tidak perlu lagi memberikan pengertian secara lebih
lanjut”(wawancara maret 2012).
Bentuk
komunikasi persuasif sangatlah dibutuhkan oleh bidan desa, dukun bayi dalam hal
pengetahuannya akan keadaan pasiennya dan juga untuk si ibu hamil agar dapat
memperoleh pelayanan yang lebih intensif sehingga tujuan yang diharapkan akan
adanya kondisi yang sehat terhadap ibu dan bayi dapat terpenuhi.
Untuk aturan dan program yang dianjurkan oleh bidan desa ataupun dukun bayi
pada ibu hamil di Desa Pudaria Jaya adalah:
Oleh bidan desa:
1.
Ibu hamil harus melakukan pemeriksaan
kehamilanya secara rutin
2.
Ibu hamil dianjurkan untuk memakan makanan yang
bergizi
3.
Ibu hamil dianjurkan untuk istirahat yang
teratur
Oleh dukun bayi:
1.
Ibu hamil harus memeriksakan posisi janin yang
ada dalam kandungannya selama masa kehamilan.
2.
Ibu hamil harus memakan makanan yang bergisi dan
cukup istirahat
3.
Ibu hamil harus menghindari pantangan makanan dan prilaku yang menurutnya tidak
boleh dilanggar selama masa kehamilan.
Gambar
1 : Wawancara peneliti dengan Bidan
Irmayanti(Informan peneliti)
Bidan desa dan dukun bayi sangat
memperhatikan segala sesuatunya yang sangat mempengaruhi akan pelayanan
kesehatan yang akan dilakukannya untuk para ibu hamil. Oleh karena itu bidan
dan dukun bayi sangat mengharapkan sikap keterbukaan dari para pasienya yang
akan sangat membantu dalam hal pemberian pesan-pesan pengobatan ataupun
tindakan-tindakan yang akan dilakukan selanjutnya terhadap pasiennya (ibu
hamil)
Komunikasi persuasif juga
digunakan bidan dan dukun untuk
mensosialisasikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ibu hamil baik itu
sebelum bahkan sesudah melahirkan. Sosialisasi tersebut biasanya berupa
penggunaan alat kontrasepsi bagi ibu hamil, pelayanan kandungan selama masa
kehamilan ataupun intensitas dalam melakukan pemeriksaan kandungan. Berbagai
macam alat kontrasepsi yang biasanya ditwarkan oleh bidan desa kepada
masyarakat adalah KB suntik,Pil KB/Kontrasepsi Pil, Spiral/IUD ataupun Kondom.
4.2.3. Komunikasi Koersif
Komunikasi koersip
adalah suatu bentuk atau metode yang berupa sanksi yang diberikan oleh pihak
komunikator terhadap komunikan apabila melanggar atau tidak mematuhi aturan
yang telah disampaikan. Pada komunikasi koersif ini, diterapkan pada beberapa
program pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan dan dukun.
Pengunaan
bentuk komunikasi koersif ini digunakan pada kondisi tertentu yaitu pada saat
ibu hamil tidak menghiraukan himbauan ataupun nasihat-nasihat yang telah
diberikan sebelumnya oleh bidan ataupun dukun. Adanya kesalahan yang terjadi,
baik itu terganggunya kesehatan ibu hamil ataupun kelainan yang terjadi pada
sicalon bayi merupakan kendala yang menimbulkan keputusan dari bidan dan dukun
untuk menggunakan bentuk komunikasi koersif. Bentuk komunikasi koersif
sangatlah jarang digunakan oleh bidan maupun dukun, adanya kesadaran yang
ditunjukan oleh pasiennya dalam hal ini ibu hamil, menjadikan teknik komunikasi
koersif tidak terlalu diterapkan oleh bidan maupun dukun pada Desa Pudaria
Jaya. Namun, sesekali juga,pasien memaksakan bidan untuk menggunakan teknik
komunikasi koersif pada pasienya karena terjadi hal-hal yang membahayakan
kesehatan ibu hamil.
Seperti
yang dijelaskan oleh Irmayanti :
“Ibu hamil di pedesaan biasanya sangat kurang
melibatkan bidan pada saat melahirkan,
sehingga tidak jarang terjadi masalah/gangguan
dalam persalinan,yang bisa membahayakan ibu dan calon bayinya. Hal seperti
inilah yang harus membuat kami lebih tegas dalam memberikan pengertian dan
pemahaman demi keselamatan ibu dan bayinya” (wawancara maret 2012).
Adanya gangguan yang terjadi pada ibu
hamil seperti inilah yang membuat bidan desa terkadang mengunakan teknik
komunikasi koersif kepada pasienya agar mereka bisa lebih mengerti akan
pentingnya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan di desa.
4.3. Bentuk Komunikasi Pelayanan Kesehatan Bidan
Desa Pudaria Jaya
a. Pemeriksaan Rutin
Untuk pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil dan juga para bayi, telah dijadwalkan dilaksanakan
melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) yang dilaksanakan 1 bulan sekali.
Setiap tanggal 9 pada tiap bulannya, para ibu hamil dan juga ibu-ibu yang telah
melahirkan mendatangi posyandu untuk memeriksakan keadaan kesehatan ibu
hamil,ataupun anak-anak balita. Melalui kegitan pemeriksaan inilah, terjadi
komunikasi dan pertukaran informasi antara bidan Desa Pudaria Jaya dengan
pasiennya dalam hal ini ibu hamil.
Irmayanti
menjelaskan :
“pelayanan kesehatan yang kami lakukan biasanya melalui posyandu.
Setiap bulannya diadakan posyandu pada tanggal 9, jadi pada saat inilah, para
ibu-ibu hamil datang untuk memeriksakan kandungannya. Dari sinilah pelayanan kesehatan
kami lakukan. Sehingga setiap keluhan dapat mereka sampaikan dan kami coba
untuk membantunya”(wawancara maret 2012)
Pelayanan kesehatan yang
dilakukan kepada ibu hamil kepada ibu hamil pada saat datang keposyandu adalah:
1.
Pemeriksaan rutin setiap bulannya akan kesehatan ibu hamil
2.
Pemeriksaan rutin setiap bulnnya akan keadaan
cabang bayi
3.
Pemberian vitamin kepada ibu hamil
4.
Pemberian imunisasi kepada para bayi
5.
Pemberian susu formula khusus untuk ibu hamil
6.
Pemberian susu formula untuk bayi
7.
Pemberian arahan-arahan ataupun nasihat kepada
ibu hamil dan kepada ibu yang lainnya tentang kesehatan.
Pelayanan kesehatan juga tidak
hanya dilakukan pada saat tanggal 9 setiap bulannya, jika ada pasien yang
meminta bantuan ataupun sudah mencapai waktunya untuk melahirkan, maka bidan
desa akan melakukan tugasya sebagai
mana mestinya.
b.
Pemberian
Vitamin
Pemberian vitamin biasanya dilakukan
untuk para ibu hamil. Kegiatan ini dilakukan juga pada saat pemeriksaan rutin.
Bidan Desa Pudaria dalam melaksanakan
pemeriksaan rutin biasanya juga memberikan vitamin untuk pencegahan penyakit.
Pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh bidan Desa Pudaria dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan
dan program-progran yang telah disusun dan diatur sesuai dengan kebutuhan para
pasiennya. Dalam hal ini bidan desa telah membuat jadwal pemeriksaan yang telah
disepakati bersama-sama dengan
masyarakat Desa Pudaria Jaya sebelumnya.
Kegiatan
yang dilakukan ini,juga tidak lepas dari aspek komunikasi dimana dalam pemberian
vitamin ini, bidan desa memberikan informasi tentang vitamin apa yang digunakan
untuk ibu hamil serta bagaimana mamfaatnya untuk kesehatan ibu hamil.
c. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi yang
dilakukan oleh Bidan Desa, juga dilakukan pada saat pemeriksaan rutin setiap
bulannya. Imunisasi yang diberikan biasanya berupa suntikan. Suntikan yang
diberikan ini disesuaikan dengan kebutuhan. Imunisasi ini dibedakan untuk ibu
hamil dan bayi.
Bidan Desa Pudaria memberikan
imunisasi/suntikan agar dapat memberikan asupan vitamin untuk ibu hamil dan
bayinya. Bidan desa sudah mengetahui apa saja yang harus diberikan setiap
bulannya serta takaran imunisasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam kegiatan komunikasinya,
pemberian imunisasi juga terdapat bentuk komunikasi secara langsung yaitu
komunikasi persuasif karena bidan desa memberikan pengetahuan serta informasi
akan imunisasi yang diberikan.
d. Pemberian Susu Formula
Pemberian susu formula sangat
membantu dalam perkembangan kesehatan ibu hamil dan bayi. Biasanya dalam
pemberian susu formula ini, dikhususkan kepada masyarakat yang kurang mampu.
Susu formula yang akan disediakan ini, adalah bantuan dari pemerintah daerah setempat.
Kegiatan komunikasi yang
dilakukan oleh bidan desa Pudaria Jaya dalam pemberian susu formula ini,
terlebih dahulu bidan desa menjelaskan tentang pentingnya susu formula untuk
kebutuhan kesehatan akan ibu hamil dan bayi.
e. Pemberian Arahan dan Nasehat
Beberapa bentuk sosialisasi yang
dilakuakan oleh bidan Desa Pudaria Jaya kepada ibu hamil :
a.
Penggunaan alat kontrasepsi untuk ibu
Bidan Desa Pudaria Jaya
mensosialisasikan tentang beberapa alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk
ibu seperti:
·
KB Suntik
·
Pil KB/Kontrasepsi Pil
·
Spiral/IUD
·
Kondom
b.
Pelayanan kandungan selama masa kehamilan
Bidan
Desa Pudaria Jaya mensosialisasikan tentang pelayanan kandungan yang harus
dilakukan oleh ibu hamil seperti:
·
Melakukan pemeriksaan rutin
·
Menkonsumsi vitamin yang dibutuhkan untuk
kesehatan tubuh dan calon bayi
·
Menjaga pola makan
·
Banyak minum air putih
·
Istirahat yang teratur
c.
Intensitas pemeriksaan
Untuk intensitas pemeriksaan, Bidan Desa menganjurkn untuk
terus mengontrol keadaan ibu hamil setiap bulannya. Pemeriksaan yang dilakukan
oleh bidan desa lebih dititik beratkan pada perkembangan janin yang ada dalam
kandungan, bagaimana posisi janin dan keluhan apa saja yang dirasakan oleh ibu
hamil pada sat mengandung agar dapat diketahui dan diberikan obat.
Aspek komunikasi dari pemberian
arahan dan nasihat dapat dilihat secara langsung yaitu dengan komunikasi secara
langsung dan penjelasan-penjelasan akan pelayanan kesehatan dari bidan desa
untuk kebutuhan masyarakat Desa Pudari Jaya.
Gambar 2 : pelayanan kesehatan pada pasien
Bentuk komunikasi yang digunakan
dalam pemberian nasihat dan arahan adalah komunikasi persuasif yaitu pemberian
arahan dan bujukan agar dapat merubah sikap dan prilaku masyarakat kearah yang
lebih baik.
4.4.
Bentuk Komunikasi Pelayanan Kesehatan Dukun
Bayi bagi Ibu Hamil
a.
Pemeriksaan
rutin
Upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat, khususnya pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil yang dilakukan
dukun bayi pada desa pudarai Jaya, dukun
bayi melakukan pemeriksaan dengan cara yang bersifat kekeluargaan. Dukun bayi
melakukan pemeriksaan serta memberi perawatan pada ibu hamil dimulai dari masa
kehamilan, persalinan, maupun pasca persalinan sesuai dengan tradisinya yang dilakukan secara turun temurun. Dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan, biasanya dukun bayi melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan mendatangi ibu-ibu hamil dari rumah-kerumah, hal ini dilakukan
sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh para suami dari para ibu hamil.
Umumnya
perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu
berkonsultasi kepada dukun bersalin. Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil
dilakukan mulai usia kandungan 2 atau 3 bulan dan pada kandungan 6 bulan dan
seterusnya, kontrol dilakukan lebih sering, dukun bersalin menjaga jika ada
gangguan, baik fisik maupun nonfisik terhadap ibu dan janinnya. Dukun bayi
biasanya melakukan perbaikan posisi janin dalam kandungan dengan cara meraba
dan memutarnya (diurut-urut) disertai do’a agar bai lahir normal.
Seperti yang dijelaskan oleh dukun
Ruminah :
“biasanya
saya memeriksa ibu hamil secara rutin, apalagi kalau usia kandungannya udah 6
bulan keatas saya harus rajin periksa, biar nanti bayi yang ada dalam
kandunganya posisinya ngak sungsang, makanya harus diperbaiki dengan
diurut-urut biar nanti tidak mengalami kesulitan pada saat
melahirkan.(wawancara maret 2012).
Pemeriksaan yang dilakukan dukun bayi umumnya
dilakukan dengan indra raba atau palpasi. Pasien yang akan diperiksa
kandungannya dibaringkan dengan posisi terlentang. Dalam posisi demikian, perut
bayi dioleskan minyak gosok secara merata. Setelah itu dukun bayi memegang
perut ibu hamil mulai dari perut bagian bawah menuju atas dan bagian samping
kiri dan kanan, dengan maksud agar janin yang ada dalam kandungan menempati
posisi yang bagus dan benar.
Hal senada juga dikatakan oleh Nurjana,bahwa :
“Mulai umur 3
bulan saya sudah berkonsultasi sama bidan. Kalau usia kandungan sudah 3
bulan itu budukun saya suruh periksa
perutku biar kita tau bagaimana posisi kandungan karena kadang-kadang posisi kandungan
itu posisinya kejepit atau turun sehingga ada terasa sakit, jadi itu harus
cepat diperbaiki sama dukun biasanya dengan cara di urut sambil baca do’a-do’a.
(wawancara maret 2012).
Hasil wawancara diatas
menunjukan bahwa seorang dukun bayi selain mampu mengatasi masalah yang dialami
oleh ibu hamil, dukun bayi juga sangat memperhatikan kesehatan janin,agar janin
tetap dapat bertahan hidup dalam kandungan dan lahir dalam keadaan selamat.
b.
Pemberian sugesti
Dukun
bayi merupakan pelayan kesehatan bagi ibu hamil yang sudah dipercaya secara
turun-temurun dari generasi kegenerasi, sehingga setiap tindakan dan arahan yang dilakukan
dukun bayi merupakan suatu keharusan yang pantang untuk dilanggar oleh setiap
pasienya, ibu hamil selalu diberikan sugesti/anjuran berupa arahan,nasihat
ataupun larangan yang harus dituruti selama masa kehamilan hingga pasca
melahirkan.
Biasanya dukun bayi menyarankan kepada ibu hamil untuk
tidak melakukan pekerjaan yang berat dan harus banyak istirahat serta tidak
memikirkan sesuatu hal yang membuat kondisi kesehatannya menurun selama masa
kehamilan khususnya pada saat usia kandungan masih terbilang muda. Apabila
seorang ibu yang hamil muda banyak bekerja dan menimbulkan capek serta stress
akibat banyak berfikir akan berakibat fatal terhadap janin yang dikandungnya,
dalam hal ini ibu hamil akan mengalami keguguran/kehilangan bayi yang
dikandungnya.
Sebagai mana yang dituturkan oleh ibu Yuyun bahwa :
“Waktu usia kanduangan saya
masih berumur 3 bulan saya dilarang sama dukun angkat yang berat-berat, jangan
kerja sampai capek dan dilarang naik motor, apalagi dijalan yang berlubang
karena bisa mengakibatkan keguguran karena usia kandungan yang masih muda sangat
rentang dengan guncangan.(wawancara maret2012).
Hasil wawancara diatas, menunjukan bahwa dukun bayi
memberikan nasihat-nasihat tentang apa yang sebaikya dilakukan dan dihindari
oleh ibu hamil selama masa kehamilanya. Hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan
ibu hamil adalah menjaga kondisi kesehatan tubuh serta memenuhi kebutuhan gizi
baik untuk dirinya maupun untuk janin. Selain itu ibu hamil dilarang berdiri
didepan pintu karena dukun bayi percaya, jika hal tersebut dilakukan maka ibu
hamil akan kesulitan dalam melakukan persalinan, selain itu ibu hamil/suami
dilarang melilitkan handuk dileher karena dipercaya tali pusar bayi akan
melilit dilehernya pula, selama masa kehamilannya ibu hamil dilarang memakan
tebu karena akan membuat jalan lahir menjadi pedis dan mengeluarkan banyak air,
serta selama masa kehamilan ibu hamil
maupun suami dilarang membunuh/menyakiti binatang agar anak yang lahir kelak
tidak mengalami cacat fisik.
Seperti yang dijelaskan oleh ibu Tiara bahwa :
“Sewaktu saya hamil saya selalu
dianjurkan untuk tidak melakuakan
hal-hal yang dilarang oleh dukun karena saya percaya bahwa apa yang dikatakan
oleh dukun itu memang harus benar-benar dituruti, karena saya takut jika hal
itu dilanggar maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kelahiran
dan bayi saya.(wawancara maret 2012).
Hasil wawancara diatas, menunjukan bahwa dukun bayi
selalu memberikan sugesti/anjuran tentang apa yang seharusnya dihindari pada
masa kehamilannya. Karena hal tersebut merupakan suatu kepercayaan yang diyakini oleh dukun
bayi secara turun-temurun. Pemberian sugesti yang dilakukan dukun bayi kepada
ibu hamil bukan saja pada saat kehamilan, melainkan pasca kelahiranpun dukun
bayi selalu memberikan anjuran kepada ibu dan bayinya, hal tersebut dilakukan karena
rentang waktu pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dukun bayi lebih lama,
sehingga dukun bayi diaggap pelayan kesehatan yang paling dekat dengan
keluarga.
Dukun bayi adalah seseorang yang memiliki pengalaman
yang cukup lama mengenai masalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil sehingga
dukun bayi sangat mengerti tentang segala masalah kehamilan. Setelah usia
kandungan berumur 6 bulan keatas dukun bayi menganjurkan agar ibu hamil
melakukan bekerja atau banyak bergerak, dan mengurangi waktu tidur disiang hari
hal tersebut dilakukan untuk mempermudah/memperlancar persalinan, namun disaat kandungan ibu hamil
berusia 8 bulan ibu hami dianjurkan untuk tidak banyak bekerja, karena diusia
ini dukun bayi percaya bahwa kandungan akan kembali muda dan rentang terhadap
guncangan.
Sebagai mana yang di ungkapkann oleh Wahyuni bahwa :
“ sewaktu usia kandungan saya sudah enam bulan, ibu dukun menyarankan
untuk tidak selalu sering tidur disiang hari, dan sebaiknya waktu siang
digunakan untuk bekerja saja supaya nanti saat persalinan kita menjadi siap
fisik dan mental, tetapi sewaktu kandungan berumur delapan bulan saya di suruh
untuk tidak kerja berat karena umur delapan bulan bayi saya kembali muda lagi.
Jadi saya selalu nurut apa kata dukun biar nanti bisa melahirkan selamat.(wawancara
maret 2012).
Dari kutipan wawancara diatas, dapat memberikan
gambaran bahwa ibu hamil selalu menerima dan menuruti sugesti yang disampaikan
oleh dukun, karena mereka meyakini bahwa
dukun adalah orang yang sangat berpengalaman dalam pelayanan kesehatan ibu
hamil. Pemberian sugesti tersebut berlangsung sampai pada masa persalinan, agar
ibu dan bayinya lahir dengan keadaan selamat.
c.
Pelayanan persalinan
Umumnya kelahiran bayi terjadi pada usia kandungan
kurang lebih 9 bulan 10 hari. Ketika ibu hamil merasa sakit, maka dukun bayi
mulai mepersiapkan diri untuk menangani pasiennya. Dukun bersalin selalu
memberi dorongan, semangat, dan motifasi kepada ibu hamil agar tetap kuat dan
tegar menghadapi saat-saat kelahiran bayinya. Dukun berusaha menenangkan ibu
yang kesakitan dengan cara mengusap-usap pinggul dan perut ibu hamil.
Menurut dukun bersalin yang ada di Desa Pudaria Jaya,
seorang ibu hamil yang melahirkan anak ganjil (1,3,5,7 dan seterusnya) akan
mengalami kesulitan dan merasa kesakitan yang berlebihan saat melahirkan, sebaliknya
ibu yang melahirkan anak genap (2,4,6,8 dan seterusnya) akan biasa-biasa saja
tidak seperti pada saat melahirkan anak ganjil. Begitu pula dengan persalinan
anak perempuan dan laki-laki juga terdapat perbedaan, dimana perempuan lebih
susah dan lebih lama sakitnya dibanding anak laki-laki. Menurut dukun bayi hal
ini disebabkan karena anak perempuan lebih lama mempersiapkan diri untuk lahir,
sedangkan anak laki-laki cepat dalam mempersiapkan diri.
Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Tutik yang mempunyai dua orang anak bahwa :
“Saat pertama melahirkan,
saya merasakan sakit yang luar biasa pada waktu itu anak pertama saya adalah
perempuan sehingga saya mengalami kesakitan selama dua hari satu malam, tetapi
waktu melahirkn anak saya yang kedua, saya merasakan sakit tetapi hanya
hitungan jam saja dan setelah itu bayi saya sudah lahir”.(wawancara maret 2012).
Dalam upaya pelayanan
persalinan, dukun bayi berusaha membantu mengeluarkan bayi dan membantu
mendorong bayi dari atas menuju kebawah perut dengan berlahan, sehingga
memudahkan ibu melahirkan bayinya. Setelah bayi lahir, dukun bayi meletakan
bayi diatas sarung, kemudian dukun berusaha mengeluarkan ari-ari(placenta)
dengan cara memegang tali pusar bayi kemudian menekan (pijit) perlahan perut
ibu yang melahirkan disertai do’a agar memudahkan placenta keluar. Setelah bayi
dan ari-ari (placenta) keluar, maka dukun bayi menganjurkan ibu untuk
beristirahat total
Gambar 3. Wawancara peneliti dengan dukun bayi Ibu Ruminah
Setelah beberapa saat
melewati pesalinan, dukun akan akan
memandikan ibu tersebut dengan air panas sekaligus mengurutnya. Pengurutan
tersebut dilakukan terutama pada bagian perut dengan maksud agar darah kotor
yang masih tinggal dalam perut bisa keluar. Karena apa bila darah kotor
tersebut tidak dikeluarkan, maka akan mengakibatkan timbulnya penyakit kangker
pada kandungan akibat darah masih menggumpal .
Hal tersebut sebagaimana
diungkapkan oleh ruminah bahwa :
“Ibu dan bayi akan dimandikan
4 (empat) jam kemudian setelah persalinan. Apabila ibu dan bayi dimandikan seusai
proses persalinan akan berakibat fatal baik pada ibu maupun pada anak.
Akibatnya terhadap bayi, kulit bayi akan berwarna kekuning-kuningan, dan pada
ibu akan mengakibatkan ibu tersebut akan mengalami pendarahan hebat karena darah mencair setelah persalinan. Ibu yang
selesai melahirkan dibersihkan dari darah kotornya kemudian perutnya diikatkan
gurita. 4 (empat) jam kemudian dimandikan dengan air panas. Seusai mandi, ibu
tersebut ibu tersebut diharuskan memakai tali/ikat pinggang agar kandungannya
tetap pada posisinya semula karena kandungan orang yang baru melahirkan itu
licin”.(wawancara maret 2012).
Hasil wawancara diatas
menunjukan bahwa ibu yang baru melahirkan dan bayi yang baru lahir tidak baik
jika seusai persalinan langsung dimandikan, hal tersebut dapat berakibat fatal
baik terhadap ibu maupun terhadap bayi. Setelah menangani persalinan dukun bayi
tidak hanya sekedar memandikan ibu dan bayi tetapi juga memandikan sambil
mengurut ibu yang baru melahirkan dengan maksud agar urat-urat yang putus
akibat persalinan dapat tersambung kembali.
Pelayanan persalinan yang
dilakukan dukun bayi sangatlah memanjakan pasiennya, hal ini dilakukan karena
antara dukun dan ibu hamil telah terjalin hubungan keakraban yang sangat
kekeluargaan mulai dari masa mengidam, kehamilan, persalinan sampai perawatan
ibu dan bayi. Pelayanan dukun bayi dalam penanganan persalinan dilakukan secara
intensif selama tali pusar yang ada pada perut bayi belum terlepas, selama itu
pula dukun bayi harus memandikan bayi secara rutin dilakukan pagi dan sore.
Dukun bukan saja memandikan ibu dan bayinya,
tetapi dukun bayi pada Desa Pudaria Jaya terbiasa mencucikan pakaian atau sarung yang digunakan
pada saat persalianan, pekerjaan tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran,
tanpa ada rasa enggan ataupun jijik untuk melakukannya.
Seperti yang dijelaskan oleh
Sundari dalam wawancaranya bahwa :
“ Sewaktu saya melahirkan
bayinya dimandikan sama dukun sampai beberapa hari, selama tali pusarnya belum
lepas selama itu juga dukunnya yang mandikan. Bukan hanya itu aja, tapi semua
kain, sarung, tikar pokoknya yang kena darah melahirkan itu bu dukun yang
cucikan. (wawancara maret 2012).
Dari wawancara di atas proses
persalinan yang dilakukan dukun sangatlah intensif, dengan mengedepankan
pelayanan kesehatan dalam bentuk kekeluargaan dukun bayi selalu memberikan
kenyamanan bagi setiap pasiennya. Sehingga tidak jarang dukun bayi selalu
dipilih oleh ibu hamil dalam pelayanan persalinan ditengah-tengah kehidupan masyarakat
yang modern.
4.2.
Analisis Pembahasan
Berikut ini penulis akan menganalisa
dan membahas informasi dan data yang diperoleh dalam penelitian dan akan memberikan
gambaran menyangkut komunikasi Bidan Desa dan Dukun Bayi dalam pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil pada Desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo.
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari observasi
yaitu dengan cara mengamati, pengamatan langsung terhadap komunikasi bidan desa
dan dukun bayi pada Desa Pudaria Jaya dalam pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.
Selain itu, data-data juga diperoleh dengan cara intervew langsung terhadap informan
yang memberikan keterangan sesuai dengan tugas yang telah mereka lakukan di
Desa Pudaria Jaya. Dukun bayi dan bidan desa Pudaria telah menjelaskan secara
garis besar teknik-teknik komunikasi yang mereka lakukan dalam kegiatan
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil pada Desa Pudaria Jaya. Berikut ini, analisa
mengenai komunikasi bidan desa dan dukun bayi pada Desa Pudaria Jaya dalam
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.
Pada beberapa teknik
komunikasi yang dilakukan bidan dan dukun bayi
dalam pelayanan kesehatan yang dilakukannya terdapat tiga teknik
komunikasi yang digunakan yaitu:
1. Teknik komunikasi yang
bersifat informatif/arahan
2. Teknik komunkasi yang
bersifat persuasif/bujukan
3. Teknik komunikasi yang
bersifat koersif/paksaan
Memilih cara mana yang kita ambil untuk berkomunikasi
sangatlah penting, karena ada kaitannya dengan media yang kita gunakan. Cara
bagaimana kita berkomunikasi (how to
communicate), kita bisa mengambil salah satu dari dua jenis komunikasi
berdasarkan sifatnya :
·
Komunikasi tatap muka (face
to face communication), yang dipergunakan apabila kita mengharapkan efek
perubahan tingkah laku (behavior change)
dari komunikan, karena kita sewaktu berkomunikasi memerlukan umpan balik
langsung (immediate feedback). Dengan
saling melihat, kita sebagai komunikator bisa mengetahui pada saat kita
berkomunikasi, apakah komunikan memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita
komunikasikan.
·
Komunikasi bermedia (mediated
communication), pada umumnya banyak digunakan untuk berkomunikasi informatif
karena tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku. Kelemahan komunikasi
bermedia adalah tidak persuasif, komunikan yang dapat diubah tingkah lakunya
relatif hanya sedikit saja, dan sebaliknya kekuatannya dapat mencapai
komunikannya.
Komunikasi informatif adalah jenis komunikasi yang
bertujuan memberikan informasi atau penjelasan. Isi informasi itu sendiri bisa
bersifat pemaparan tentang suatu pandangan tertentu.
Ada tiga hal yang harus diperhatiakan agar komunikasi
informatif ini dapat berasil yaitu :
a) Menarik perhatian;
b) Mengusahakan agar komunikan
bersedia menerima isi pesan;
c) Komunikan bersedia menyimpan
isi pesan
Dalam penyampaian komunikasi informatif ini, sangat
berperanpenting dalam kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan
desa dan dukun bayi karena informasi-informasi yang akan diberikan kepada
masyarakat adalah suatu hal yang baru dan mungkin belum dapat dipahami oleh
masyarakat tersebut. Oleh karena itu, dalam proses penyampaiannya, seorang
komunikator harus lebih memahami
tentang informasi ataupun pesan yang akan disampaikan sehingga jika ada
pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi
yang diberikan sebelumnya, dapat dijelaskan kembali sesuai dengan kebutuhan komunikannya.
Berangkat
dari paradigma Laswell, Efendy (1994:11) membedakan proses komunikasi menjadi
dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (syimbol) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
non verbal (kial/gesture, isyarat,gambar, warna, dan lain sebagainya) yang
secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Seperti disinggung dimuka, komunikasi berlangsung apabila
terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata
lain komunikan adalah proses membuat pesan yang setara bagi komunikator dan
komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menjadi (encode)
pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran dan perasaannya kedalam lambang (bahasa) yang
diperkirakan akan dimengerti oleh
komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini
berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan
komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian
(coding) adalah komunikator dapat
menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan
makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni
panduan pengalaman dan pengertian (collection
of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schram
menambahkan, bahwa bidang (field of
experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
belangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama
dengan bidng pengalaman komunikator ,akan timbul kesukaran untuk mengerti satu
sama lain.
2. Proses Komunikasi Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang
komunikator menggunakan media ke dua dalam penyampaian komunikasi karena
komunikan sebagai sasaran berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya
banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah,radio.televisi,film adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi
secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan
sebagai media massa (surat kabar,televisi,radio, dsb) dan media nonmassa
(telepon, surat, megapon,dsb).
Komunikasi informatif
adalah suatu pesan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini
berdampak kognitif, pasalnya komunikan hanya sebatas mengetahui saja. Seperti
halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada
teknik informatif ini berlaku umum, mediannya menimbulkan keserempakan, serta
komunikasinya heterogen. Biasanya teknik informatif yang digunakan oleh media
bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek
atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Kendatipun demikian
teknik informatif ini dapat pula berlaku pada seseorang, seperti halnya kajian
ilmu yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa, namun bersifat relative.
Pasalnya pada kajian ilmu tertentu, sedikit banyak telah diketahui oleh
mahasiswanya.
Dalam teknik komuniksi
persuasif, adanya kepercayaan dari komunikan kepada komuniktor merupakan suatu
penentu akan keberhasilan dari teknik komunikasi persuasif. Komunikan berharap
memiliki kepercayaan tertentu yang benar, karena kita memandang hubungan antara
kpercayaan antara komunikator dan komunikan dapat memotivasi untuk berhasilnya
teknik komunikasi persuasif ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi teknik komunikasi
persuasif :
1. Tujuan
Sebagai pilihan kita sendiri atau sebagai akibat
tekanan-tekanan sosial atau kawan-kawan, kita semua mempunyai sejumlah tujuan
yang ingin dicapai. Arah atau tujuan kita mungkin berjangka pendek atau jangka
panjang. Kita lebih berkeingginan untuk mempercayai apa saja yang bisa menolong
untuk membuat kemajuan demi pencapaian tujuan kita.
2. Nilai
Ketika kepercayaan menjadi suatu abstraksi ideal mengenai “
bagaimana sebetulnya seseorang berprilaku atau mengenai peryataan akhir tentang
mamfaat kehidupan atau hasil yang tidak menguntungkan”, kepercayaan berakhir
karena dihimpit oleh beberapa sikap tertentu sehingga menjadi bagian dari
sistem nilai individu. Bila berbicara secara luas, nilai-nilai kita mungkin
bersifat sosial,politik, moral,ekonomi, agama dan lain-lain.
3. Kebutuhan
Adanya kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang akan
sesuatu hal seperti kebutuhan fisik,keamanan, kebutuhan sosial, ataupun
kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Tahap-tahap penyampaian efektifitas komunikasi
persuasip sama dengan komunikasi informatif, tetapi tujuannya lebih jauh lagi,
yaitu mengajak komunikan untuk bertindak sesuai dengan isi pesan komunikator. Komunikan
diberi pandangan-pandangan baru lalu diajak meneliti kembali kerangka acuan
bertindak dan pola tingkah lakunya selama ini, dan akhirnya dibujuk untuk
mngubah kerangka acuan dan pola bertindaknyaitu sesuai dengan yang dikehendaki
komunikator.
Komunikasi persuasif
bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku komunikasi yang lebih
menekankan sisi psikologis komunikasi. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah
sikap, pendapat, atau prilaku. Tetapi persuasi dilakukan dengan luwes, halus,
yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan
kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai
tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan
mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi, yaitu: komunikator, pesan,
media dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan dan hasil
pengindraannya, terorganisasi secara mantap dan terpadu. Biasanya teknik ini
efektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tetapi tergerak hatinya dan
menimbulkan perasaan tertentu.
Teknik komunikasi
koersif/paksaan sangatlah membantu dalam hal pelayanan kesehatan dimana melalui
komunikasi koersif ini seorang komunikator akan lebih menuntut sikap yang baik
akan komunikannya dalam hal perubahan sikap kearah yang lebih baik untuk
kepentingan sendiri dalam hal ini untuk kepentingan kesehatannya. Namun,
komunikasi koersif haruslah bisa ditempatkan pada saat-saat yang tepat sehingga
tujuan yang ingin dicapai akan pelayanan yang diberikan dapat terpenuhi sesuai
apa yang diharapkan.
Komunikasi koersif atau coersi communication adalah
komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain, yang bersifat
paksaan. Sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya
secara terpaksa. Biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear orousing,
yaitu bersifat menakut-nakuti atau atau menggambarkan resiko yang buruk. Serta
tidak luput dari sifat red-hering, yaitu interes atau muatan kepentingan untuk
meraih kemenangan dalam suatu konflik. Perdebatan dengan menepis argumentasi
yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang diplomat atau
tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat diplomatis.
Penelitian ini
menunjukan bahwa komunikasi yang dilakukan bidan dan dan dukun bayi pada Desa
Pudaria Jaya dalam pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil terdiri dari :
1. Komunikasi informatif yang
dilakukan bidan desa dalam pelayanan kesehatan adalah dengan penyampaian
informasi melalui media, adapun media yang biasa digunakan yaitu media cetak,
poster. Melalui poster inilah informasi disampaikan kepada masyarakat tentang
segala informasi pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan di desa. Berbeda
halnya dengan dukun bayi, dalam penyampaian informasi yang dilakukan dukun bayi
menggunakan komunikasi tatap muka(face to
face communicate), melalui komunikasi secara langsung dukun akan
leluasa dapat menyampaikan segala
informasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil tentang pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh bidan dan dukun bayi dalam upaya pelayanan kesehatan kepada
masyarakat adalah dengan melalui arahan-arahan kepada para pasiennya. Bidan dan
dukun dalam melakukan pemeriksaan secara rutin kepada ibu hamil, juga
memberikan arahan dan nasihat-nasihat yang dapat membantu ibu hamil dalam
meningkatkan kesehatannya dan cabang bayinya. Dengan adanya komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh bidan desa dan dukun bayi, dapat membantu ibu
hamil mendapatkan informasi yang belum mereka ketahui tentang sesuatu yang
harus dilakukan ibu hamil dalam pelayanan kehamilan bagi dirinya maupun cabang
bayinya.
3. Komunikasi koersif yang
dilakukan oleh bidan desa dan dukun bayi biasanya pada saat-saat tertentu
seperti ketika ibu-ibu hamil tidak memperhatikan dengan baik kondisi
kehamilannya sesuai yang disarankan sebelumnya oleh bidan maupun dukun bayi
tersebut, maka bidan atau dukun akan memberikan teguran, bahkan perintah yang
harus dilakukan ibu hamil dalam upaya menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada Bab sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bentuk komunikasi yang
dilakukan dukun bayi dan bidan Desa pudaria Jaya dalam pelayanan kesehatan
kepada pasienya dalam hal ini, ibu hamil adalah dengan menggunakan bentuk
komunikasi informatif, komunikasi persuasif/komunikasi langsung dan komunikasi
koersif/aturan. Pada bentuk komunikasi informatif, bidan desa memberikan
informasi melalui media seperti poster yang berisikan informasi tentang
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil. Dan untuk
dukun bayi komunikasi informatif,
dilakukan secara tatap muka/face to face atau disampaikan secara
langsung kepada pasiennya hal ini dilakukan agar ibu hamil dapat mengerti dan
bertanya langsung tentang pelayanan kesehatan yang akan dilakukan selanjutnya. Bentuk
komunikasi persuasif bidan desa dan dukun bayi melakukan bujukan-bujukan
ataupun ajakan untuk mempengaruhi komunikan/pasiennya dengan tujuan untuk
mengubah sikap, pendapat ataupun prilaku komunikan mengenai
kebiasaan-kebiasaannya. Bentuk komunikasi koersif, dukun bayi dan bidan desa
pudaria memberikan sanksi terhadap
komunikannya apabila melanggar atau tidak mematuhi nasihat yang telah
diberikan.
2. Bentuk komunikasi pelayanan
kesehatan yang dilakukan dukun bayi dan bidan Desa Pudaria Jaya kepada
pasiennya adalah pemeriksaan secara rutin setiap bulannya akan kesehatan ibu
hamil, pemeriksaan rutin setiap bulannya akan keadaan kehamilan, posisi cabang
bayi, pemberian vitamin kepada ibu hamil dan bayinya, pemberian imunisasi
kepada para bayi, pemberian susu formula untuk ibu hamil dan susu formula
kepada balita, pemberian arahan kepada ibu hamil, dan pemberian sugesti serta
pelayanan persalinan yang dilakukan dukun bayi terhadap ibu hamil.
5.2 Saran
Hasil dari kesimpulan yang ditarik diatas, dapat disarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Sebaiknya pelayanan
kesehatan yang dilakukan dukun bayi dan bidan desa Pudaria Jaya berjalan secara
bersama-sama, artinya antara bidan dan dukun bayi harus saling melibatkan dalam
setiap pelayanannya serta antara dukun bayi dan bidan desa mau mengakui
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing.
2. Dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan yang lebih baik, semestinya pemerintah desa setempat lebih memperhatikan
sarana dan prasarana yang akan menunjang kegiatan pelayanan kesehatan demi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Pudaria Jaya.